Mungkin,
dulu aku tak benar-benar mencintaimu, ketika jantungmu berdetak lebih cepat
saat bertemu denganku, aku tak merasakan jantungku berdetak dengan hebat ketika
bersamamu. Perkenalan kita begitu singkat, pertemuan kita cukup beberapa saat,
lalu kau katakan cinta, lalu kau tunjukkan rasa, lalu kau bahagia dengan cinta
yang kita lalui berdua. Ya, aku bahagia, tapi tak benar-benar bahagia, karena
(mungkin) aku asal menjawab saja ketika kau memintaku menjadi satu-satunya
dalam hidupmu.
Aku
tak pernah mempedulikanmu! Aku tak pernah mau tau kabarmu! Aku hanya bertingkah
seolah-olah kau kekasihku, karena masih ada labirin-labirin kosong di hatiku,
yang tak mampu terisi olehmu. Ya, kita bertingkah layaknya pasangan kekasih
yang sangat bahagia, tapi apa yang kurasakan? Genggaman tanganmu, kosong! Tutur
katamu, tak penting bagiku! Senyummu, tak mampu membuat jantungku menderu
menggebu!
Tapi,
ALLAH memang adil, ALLAH memberikanku rasa sakit untuk menyadarkanku dari
kesalahanku. Selang beberapa hari memang semua berjalan normal, tapi aku merasa
ada mozaik yang hilang dalam hidupku. Kamu, seseorang yang kutinggalkan. Tak
ada lagi kamu yang mengisi hari-hariku. Tak ada lagi kamu yang memperhatikanku.
Aku merasa sendirian. Aku benar-benar merasa kehilangan. Kini, aku semakin
percaya bahwa kita baru benar-benar mencintai seseorang ketika kita kehilangan
sosoknya, dan hal itu kini terjadi padaku.
Namun,
tak ada yang berhasil mengganti statusku yang single menjadi in relationship.
Tak ada yang benar-benar mampu menggantikan kamu yang (tanpa kusadari) telah
mengisi hatiku. Aku semakin mengerti bahwa tak ada seorangpun yang mampu
menggantikan sosokmu.
Meskipun
kau telah menemukan seseorang yang baru, tapi perasaanku tak berubah
sedikitpun. Aku justru sangat mencintaimu ketika kini kau telah bersamanya.
Saat melihat kau dengan dia, ada rasa sakit yang menikamku dalam-dalam, ada
kenangan yang diam-diam mendesakku ke masa lalu, sambil berkata dalam hati:
“Dulu aku pernah menggenggam tanganmu, tapi sekarang dia yang mampu melakukan
itu, pacar barumu.”
Hanya
itu yang bisa kulakukan, MENYESAL! Membiarkamu mencintaiku tanpa mempedulikan
perasaanmu, membiarkanmu memberi kejutan tanpa pernah memperhatikan usaha
kerasmu, aku sadar bahwa ternyata kau dulu benar-benar mencintaiku. Cuma itu
yang bisa kulakukan, menangis diam-diam. Kita memang telah berpisah, tapi
perasaanku belum bisa lepas darimu. Kita memang telah putus, tapi kenanganku
tentangmu belum benar-benar putus.
Aku
takut kehilangan seseorang yang tak lagi kumiliki, KAMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar